Selamat datang di situs resmi PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat


Rabu, 12 Maret 2014

KISAH TIGA KADES YANG BERASAL DARI TPK




Salah satu indikator mikro keberhasilan suatu pemberdayaan adalah manakala seorang kader atau pelaku yang selama ini didampingi mendapat apresiasi atau kepercayaan penuh dari masyarakat. Terlebih lagi ketika kepercayaan dari masyarakat itu ditahbiskan untuk memegang posisi paling vital dan sentral untuk menakhodai mereka dalam bentuk jabatan kepala desa. Dan fenomena itulah yang tejadi pada kami di Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ya, kami mesti mengikhlaskan ketika para pelaku-pelaku kami di desa diberi amanah menjadi kepala desa. Kami katakan “para pelaku-pelaku kami”, karena memang tidak tanggung-tanggung, di waktu yang sama (Maret 2013), tiga orang pengurus TPK di Kecamatan Kuala Betara terpilih menjadi kepala desa.
* * *

SYAHDAN di Tahun 2012, ketika kebijakan Pemkab Tanjabbar menginstruksikan pemekaran desa secara massif di seluruh kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, juga berdampak langsung pada perubahan peta wilayah di Kecamatan Kuala Betara yang selama ini hanya terdiri dari empat desa; Desa Betara Kiri, Desa Betara Kanan, Desa Sungai Gebar, dan Desa Sungai Dualap. Pemekaran desa di Kec. Kuala Betara menjadikan kecamatan yang juga baru dimekarkan dari kecamatan induknya—Kec. Betara—pada 2007 ini memiliki sembilan desa dan satu kelurahan. Desa Betara Kiri yang menjadi ibu kota kecamatan berubah status administratifnya menjadi kelurahan.

Pemekaran desa secara kolosal ini tak pelak membuat beberapa tokoh desa yang selama ini berambisi dalam mengejar kedudukan semakin berlomba-lomba untuk meraih simpati masyarakat. Pelbagai gebrakan dan langkah-langkah mereka tempuh demi menunaikan ambisi politiknya, baik yang secara langsung maupun yang tersirat. Mulai dari yang sekedar tebar pesona, sampai yang berani mengumbar janji. Kami, dan para pelaku-pelaku PNPM-MPd di kecamatan tentu saja hanya bertindak sebagai penonton yang baik, dengan terus menjaga kenetralan dan mencegah program dari susupan bias politisi-politisi desa tersebut.

Kendati berbagai strategi politik semakin gencar digalakkan, seiring dengan eskalasi dan intensitas politik di kecamatan yang semakin menghangat, namun mayoritas masyarakat di Kec. Kuala Betara sepertinya bukanlah warga-warga awam yang demikian mudahnya dibuai oleh manisnya janji-janji dari beberapa tokoh instan dan karbitan. Masyarakat Kuala Betara melihat ketokohan seorang individu berdasarkan rekam jejak (track record) seseorang. Penilaian objektif tersebut mereka bingkai dalam sanubari yang ketika pada saatnya tiba akan mereka amanahkan pada orang yang tepat. Walhasil, takdir kemudian mencatat bahwa pada awal 2013 ada tiga putra terbaik di Kec. Kuala Betara yang terpilih sebagai kades dengan kemenangan mutlak tanpa gembar-gembor dan negative campaign sebelumnya, alih-alih black campaign.

Yang menjadi catatan keharuan bagi kami adalah, ketiga kades terpilih itu sebelumnya adalah pengurus TPK yang selama ini selalu bersama kami dalam berbagai kesempatan, baik suka maupun duka dalam menyukseskan segala rangkaian kegiatan PNPM-MPd di desanya masing-masing.
* * *
Adalah Abdul Wahab, M. Nazimi, dan Sukardi, yang selama ini kami dampingi sebagai pengurus Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di tiga desa di Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ketiga orang ini menjadi tokoh kunci keberhasilan dari rangkaian tahapan dan kegiatan PNPM-MPd di desa masing-masing. Berbagai pengalaman (baik yang bersifat teoritis maupun yang empiris) mereka dapatkan ketika mereka mulai memutuskan untuk bergabung langsung sebagai pelaksana teknis di tingkat desa. Seiring dengan waktu, tampak semakin kentara bahwa sumbangsih dan keaktifan mereka pada program tak perlu diragukan. Mental pemberdayaan dan pengabdian mereka pada desa seakan sudah terpatri pada denyut nafas dan jejak langkah mereka selaras dengan kepercayaan masyarakat pada kinerja dan loyalitas mereka.

Abdul Wahab terpilih sebagai Bendahara TPK di Desa Betara Kiri—saat itu Betara Kiri masih berstatus desa—pada T.A. 2007. Waktu itu Desa Betara Kiri masih tergabung dalam Kec. Betara. Kesan pertama saat bersua lelaki yang kini berusia 35 tahun ini akan menampilkan pribadi yang tenang, teduh, namun penuh dengan dedikasi dan ketegasan, serta etos kerja yang tinggi. Sosok seperti ini memang tepat untuk mewakili seorang pelaku yang akan menangani kegiatan-kegiatan teknis dari suatu program pemberdayaan yang untuk pertama kalinya menjamah desa tersebut.
Dengan segala kebersahajaannya yang low profile, tekad yang genuine, disertai mobilitasnya yang tinggi, rasanya tak terlalu sukar untuk meraih harapan masyarakat. Apalagi ditunjang dengan pengalamannya sebagai pengurus TPK selama enam tahun yang cukup membawa perubahan fisik bagi desanya secara signifikan, seakan memenuhi ekspektasi masyarakat untuk memajukan Desa Dataran Pinang yang menjadi tempat kelahirannya.
Kepercayaan diri yang terukur tersebut akhirnya membuahkan hasil. Bendahara TPK yang mengundurkan diri ketika membulatkan tekadnya untuk bertarung dalam pilkades tersebut akhirnya berhasil menyisihkan seorang kandidat lainnya dengan kemenangan mutlak. “Pundakku rasanye lebih ganal sekarang”, demikian ujarnya ketika beliau mengilustrasikan beban yang disandangnya ke depan ketika untuk pertama kalinya kami menghubunginya sebagai kades terpilih. Pasca pelantikan di Bulan Maret 2013, kades muda berputra satu ini menemui kami di Kantor UPK dan dengan rendah hati mengatakan bahwa pengalamannya selama enam tahun sebagai TPK adalah pengalamannya yang sangat berharga dan berpengaruh langsung terhadap personality-nya, baik dalam hal knowledge, maupun dalam hal manajerial organisatoris.
* * *
Tak berbeda jauh dengan Abdul Wahab, rekannya di Desa Betara Kanan, M. Nazimi, juga memulai kiprahnya di masyarakat dengan menjadi Sekretaris TPK  Desa Betara Kanan pada T.A. 2011. Pemuda berpostur kurus namun enerjik ini tak pernah membayangkan kalau dirinya akan mencatat sejarah sebagai pemimpin defenitif pertama di desa yang baru saja dimekarkan dari Desa Betara Kanan tersebut. Wilayah Desa Kuala Indah memang tak asing baginya, di samping sebagai tempat kelahirannya, wilayah desa yang berbatasan dengan Desa Sungai Gebar ini adalah tempat dimana keluarga besarnya berdomisili dan area dimana beberapa baris kebun kelapanya berada. Gambaran tersebut ia rangkum sendiri menurut adagium Banjar: “inilah tampat qeluarnya peluhku hingga kahina’ karing sèuting-sèuting”.

Namun yang paling berkenan di hati masyarakat Desa Kuala Indah adalah pembawaan M. Nazimi yang ramah, spontan, dan ringan tangan. Image positif tersebut bersenyawa dengan kiprahnya selama menjadi TPK yang kendatipun tak lama namun oleh sebagian besar warganya dirasa membawa angin segar perubahan yang progresif.

Stigma postif yang terbangun berkat pencitraan yang apa adanya tersebut dirasakan manfaatnya oleh M. Nazimi ketika mengungguli saingannya dalam meraih simpati warga Desa Kuala Indah pada pilkades awal 2013 yang lalu. Dan seperti dugaan kami, status sebagai kepala desa tak lekas membuat lajang 31 tahun ini bersikap jumawa. “Tetaplah panggil Aku Jimmy...Jangan pakai Datuk!”
* * *
Yang tak kalah fenomenal adalah mantan Ketua TPK Desa Sungai Dualap sejak T.A. 2007-2012. Sukardi, demikian nama beliau. Periode kepengurusannya sebagai Ketua TPK di salah satu desa induk yang tergolong lama menorehkan tinta emas lewat berbagi sarana fisik yang hingga hari ini masih dimanfaatkan dan terawat dengan baik, mulai dari beberapa unit jalan rabat beton, jembatan kayu, dan pasar desa.

Menurut pengakuannya, pada mulanya keraguan sempat mengitari pria Jawa yang telah dikaruniai anak sepasang ini dalam membuat keputusan untuk maju dalam pemilihan kepala desa. Keraguan itu agaknya beralasan kalau faktor primordial menjadi pertimbangan. Berdasarkan peta sebaran suku yang berdomisili di Desa Sungai Dualap, ada dua suku yang terbilang mayoritas disana; Bugis dan Jawa, selebihnya adalah minoritas Banjar dan Melayu. Dari wacana yang berkembang ada seorang calon yang merupakan representasi dari masyarakat Bugis, Banjar, dan Melayu. Tokoh ini pun dilengkapi dengan logistik yang melimpah.

Berangkat dari niat yang istiqomah, Mas Kardi—demikian kami memanggilnya—konsisten maju dengan hati yang keukeuh. Kalah dan menang itu biasa, Saya sudah lama berbuat untuk desa, pro dan kontra pastilah selalu ada, yang jelas selama ini, khususnya semenjak di PNPM, Saya memasang niat yang tulus untuk pembangunan desa. Biarlah masyarakat yang menilai, selebihnya serahkan pada Yangkuasa... Demikian retorika diplomatis dari lelaki berusia 38 tahun ini seakan mewakili sikapnya yang legowo menerima apapun keputusan hasil pilkades kelak.

Ketulusan hati Sukardi ternyata di-ijabah Tuhan dengan cara mengejutkan. Saingan beliau yang digadang-gadang akan melenggang bebas menjadi kades dengan sekonyong-konyong mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas menjelang detik-detik penetapan calon oleh panitia pilkades setempat. Sukardi yang tanpa saingan akhirnya ditetapkan sebagai calon tunggal dan selanjutnya terpilih sebagai kades baru Desa Sungai Dualap
* * *
Beberapa petikan hikmah yang mungkin dapat diambil dari kisah di atas adalah bahwa proses transformasi Abdul Wahab, M. Nazimi, dan Sukardi yang berangkat dari pengurus TPK menjadi kades bukanlah proses instan. Mereka mengawali dari kisah pemberdayaan dengan segala dinamika di dalamnya. Mereka meramu pengalaman dan keilmuan sewaktu menjadi TPK sebagai kawah candradimuka menuju jenjang yang lebih tinggi. Oleh karenanya, tak salah kalau orang bijak mengatakan bahwa kisah pemberdayaan adalah kisah tentang kemanusiaan.

Pengabdian, apapun bentuknya merupakan tanggungjawab personal yang berimplikasi luas pada penilaian orang-orang di sekitar. Pengabdian tak selalu paralel dengan kesuksesan namun berkonsekuensi logis pada kepercayaan masyarakat. Tatkala penilaian dan kepercayaan telah bersemayam di hati masyarakat, maka keniscayaan amanah pada gilirannya akan tiba. Tapi sebelum amanah datang menjelang, keikhlasan adalah prasyarat yang utama. Ketika keikhlasan telah melandasi niat, maka pada titik inilah segalanya akan bernilai ibadah...[]
Wallahu a’lam bis-Shawab! (FK Kuala Betara)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar